6 Fakta mengejutkan Gadis Kinjeng, PSK bermotor di Semarang


Hulubot.com-Wilayah Kota Semarang, sebagai Ibu kota provinsi Jawa Tengah menjanjikan berbagai hiburan dan wisata malam mulai dari cafe, bar, lounge sampai diskotik. Tak terkecuali rumah bordil maupun prostitusi tersedia di kota yang dikenal sebagai Kota Lumpia maupun kota Wingko Babat ini.

Meski sudah tersedia dan terbuka lebar dua tempat prostitusi di ujung sebelah barat kota ini, wisata seks malam prostitusi terselubung gadis bermotor atau kerap disebut 'gadis kinjeng' (gadis capung) ini masih kerap terjadi di jalanan.

Gadis Kinjeng ini tetap beredar meski sudah ada dua lokalisasi di Semarang di antaranya Kompleks Prostitusi Sunan Kuning sering disebut SK yang ada di Kawasan Argorejo. Kemudian tempat prostitusi kedua di Kompleks Prostitusi Gambirlangu atau dikenal GBL yang merupakan perbatasan antara Kota Semarang dan Kabupaten Kendal.

Prostitusi terselubung dengan kedok gadis bermotor ini kerap dijumpai di beberapa kawasan protokol Kota Semarang, di antaranya di kawasan Jalan Pemuda, Jalan Imam Bonjol dan Jalan Pandanaran dan sejumlah tempat lainya. Berikut fakta mengejutkan gadis kinjeng dirangkum merdeka.com, Jumat (28/3):

1.Biar Sigap Lari dari Razia

Dari pantauan merdeka.com, Sabtu (22/3) malam hingga dini hari, kawasan yang paling marak ada di Kawasan Jalan Imam Bonjol. Kawasan ini dekat dengan Stasiun Poncol, merupakan stasiun milik PT KAI yang menyediakan layanan jasa angkutan kereta api kelas ekonomi.

Belasan, bahkan puluhan gadis penjaja seks yang dulu biasa mangkal di pinggir jalan dengan hanya berdiri kemudian dihampiri laki-laki hidung belang kini berubah jadi menjadi gadis penjaja seks bermotor. Mereka dengan tanpa ragu dan malu sambil memarkirkan motornya di pinggir jalan menunggu pria nakal menghampirinya. Di kawasan Poncol ini puluhan PSK nangkring di atas motor menunggu pelanggannya untuk check in bersama di beberapa hotel kelas melati di sepanjang jalan Imam Bonjol itu.

"Selain faktor kelas dan harga mereka yang agak berubah naik, faktor keamanan juga mereka pikirkan. Jikalau sewaktu-waktu ada operasi pekat, mereka dengan sigap bisa melarikan diri dengan bermotor," ungkap Budi, salah seorang penikmat gadis bermotor saat ditemui merdeka.com di sebuah warung di Jl Imam Bonjol, Kota Semarang, Jawa Tengah Sabtu (22/3) dini hari.

Kalau tidak tahu, maka warga bisa menganggap mereka gadis biasa yang hanya lewat berkendara.

2.Tarif Berkisar

Pekerja seks komersil (PSK) dengan berkedok gadis bermotor yang marak di sekitar jalan protokol Kota Semarang, Jawa Tengah sampai saat ini masih menjamur. Mereka bisa diajak berkencan 'kilat' baik di hotel kelas melati, maupun di hotel berbintang.

Dari penelusuran merdeka.com, di sekitar Jalan Imam Bonjol yang suasananya ramai dan bahkan bertebaran para PSK gadis bermotor ini untuk sekali kencan, tarif yang mereka pasang cukup murah.

Winda, bukan nama sebenarnya, gadis PSK bermotor yang sering mangkal 100 meter dari Stasiun Poncol Jl Imam Bonjol saat berdialog dengan merdeka.com membuka harga sebesar Rp 150 ribu untuk sekali kencan.

"Sekali kencan Rp 150 ribu mas. Di Losmen Kudus. Harus pakai kondom. Maksimal main satu jam saja. Kalau lebih lama harus tambah," ungkap gadis bertubuh seksi, gempal dan berambut panjang kepada merdeka.com.

Selain Winda, ada lagi seorang PSK yang bagian lengan tubuhnya penuh dengan tatto dan berkulit langsat sehingga sering dipanggil Yanti Tatto di kawasan Jalan Imam Bonjol. Dirinya menolak keras jika ada lelaki hidung belang dengan kondisi mabuk mengajak kencan.

Tarifnya lebih mahal dari Winda karena parasnya mudah menarik perhatian para lelaki hidung belang. Dalam semalam saja, Yanti Tatto bisa mengeruk uang ratusan ribu dari setiap tamunya hingga jumlahnya mencapai antara 5 sampai 7 laki-laki.

3.Mucikari Menawarkan dengan Ipad

Dua titik transaksi yang berdasarkan penelusuran merdeka.com satu titik berada di sebuah minimarket sekitar Kawasan Tugu Muda dan Lawang Sewu. Seorang wanita separuh baya akan menghampiri dan menawarkan jasa seks instan gadis bermotor saat lelaki hidung belang kongkow di depan minimarket itu.

"Saya lagi nongkrong, tiba-tiba ada wanita kayak ibu-ibu kalau bisa dibilang dia adalah mami-nya gadis PSK bermotor tersebut. Menawarkan jasa sambil menenteng iPad. Satu persatu foto wajah anak buahnya dipamerkan saya," ungkap P, salah satu konsumen.

Jika cocok, handphone induk semang PSK gadis bermotor ini langsung ditekan nomornya dan beberapa menit kemudian datanglah seorang gadis dengan motornya. Lalu, lelaki hidung belang bersama cewek meluncur ke sebuah hotel berbintang dan melakukan aktivitas kencan.

Meski sering dilakukan razia, mereka dengan mudahnya berlenggang dan melarikan diri bersama motor yang ditungganginya untuk menjerat para pria tamunya.

4.Beraksi dengan Diawasi Suami

Di balik maraknya prostitusi terselubung dengan modus gadis bermotor atau kerap disebut Gadis Kinjeng di Kota Semarang, ada cerita sedih sekaligus miris.

Sebut saja namanya Novi. Gadis Kinjeng asal Purwodadi berusia belasan tahun ini menikah secara siri dengan Sumadi, lelaki berperawakan kurus yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang las kenteng serabutan di sebuah kawasan Kota Semarang.

Sumadi dikenal sebagai preman sekitar. Maklum, bengkelnya yang berada di pinggir sungai Thamrin, salah satu kawasan di sekitar Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, ini tak begitu menghasilkan untuk memenuhi kebutuhan tiga anaknya dari istri resminya, Nastiti.

Sumadi, yang suka sekali dengan minuman keras dan mabuk ini awalnya hanya menikmati dan membayar Novi layaknya konsumen yang menggunakan jasa prostitusi yang ditawarkan. Setiap malam Sumadi menghampiri Novi yang menjajakan kecantikan dan keseksiannya dengan 'nangkring' di atas sepeda motor Yamaha Mio-nya yang dikredit dari salah satu perusahaan pembiayaan di kawasan Thamrin.

Namun, lama menjadi pelanggan Novi, Sumadi akhirnya dekat dan menikahi Novi sebagai istri sirinya.

Betapa ironis, sebagai istri siri, Novi harus bekerja sebagai PSK Gadis Kinjeng. Dijemput dari kosnya di kawasan Karangayu, Kota Semarang, lalu ditunggui oleh suami sirinya sendiri. Dia rela melakukan itu lantaran trauma karena sempat dianiaya oleh tamunya saat berkencan di Losmen Kudus.

Novi juga lebih merasa aman jika Sumadi menungguinya di seberang jalan sekitar Losmen Kudus di Jl Imam Bonjol, tak jauh dari Stasiun Poncol yang merupakan tempat para penumpang kelas ekonomi naik dan turun kereta.

5.Berjumlah 300 wanita Sampai Saat ini

Fakta mencengangkan disampaikan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, terkait maraknya prostitusi terselubung 'Gadis Kinjeng', PSK bermotor yang biasa beroperasi di sekitar kawasan Kota Semarang, Jawa Tengah.

Data yang diperoleh merdeka.com menurut Satpol PP Pemkot Semarang, jumlah Gadis Kinjeng yang tersebar di beberapa kawasan jalan protokol Kota Semarang mencapai 300 perempuan yang menjajakan kemolekan tubuh dan keseksiannya.

Ke-300 PSK bermotor ini tersebar di beberapa titik di jalan-jalan protokoler Kota Semarang di antaranya di Jalan Imam Bonjol, Jalan Poncol, Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran, Kawasan Tugu Muda dan Kawasan Kota Lama atau biasa disebut Kawasan Jembatan Mberok.

"Dalam waktu dekat ini, kita akan melakukan operasi karena jumlah PSK yang tadinya memamerkan keseksian tubuhnya di pinggir jalan dan kini beralih menggunakan sepeda motor sebagai sarana sudah terlalu banyak," ujar Kepala Bidang Trantibimas Satpol PP Pemkot Semarang, Aniceto, saat dikonfirmasi merdeka.com, Kamis(27/3).

6.Kondisi Ekonomi yang Memaksakan untuk jadi Gadis Terselubung 

Fenomena menjamurnya Pekerja Seks Komersil (PSK) 'Gadis Kinjeng' di berbagai jalan protokol di Kota Semarang, Jawa Tengah, dinilai secara tidak langsung diciptakan oleh negara. Pendidikan mahal, harga kebutuhan tinggi tak terbeli sehingga beberapa perempuan dengan segala resikonya di jalanan nekat melacurkan diri.

"Negara ikut berperan menciptakan maraknya prostitusi terselubung di jalanan ini. Kebutuhan pokok tinggi, pendidikan mahal hingga akhirnya beberapa perempuan nekat dengan segala risiko turun ke jalan menjajakan diri untuk dikencani," ungkap Koordinator Lapangan (Korlap) GRIYA ASA-PKBI Jawa Tengah Ari Istiyadi, Kamis (27/3), di sela-sela sosialisasi dan pengarahan ratusan PSK di Lokalisasi Sunan Kuning (SK) Kawasan Argorejo, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Ari yang akrab dipanggil Ari Gondrong ini menyatakan munculnya Gadis Kinjeng, PSK bermotor itu terjadi setelah bersihnya fenomena ciblek saat mantan Wali Kota Semarang Soemarmo melakukan penataan di Kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Para ciblek ini beralih profesi dari yang dulunya menjual teh poci, kopi susu dan menu lainnya dengan pelayanan plus-plusnya, kini nekat menjadi Gadis Kinjeng.

Sumber:Merdeka.com

ARTIKEL TERBARU:

Share :

Komentar Facebook: