Namaku
Indra, dan ini ceritaku saat masih 18 tahun. Saat berangkat ke Jogja
untuk kuliah aku bertemu dengan bu Denok dan pak Jerry suaminya. Bu
Denok adalah mantan guruku saat SMP dulu. Setelah bercerita panjang
lebar mereka menawarkan padaku untuk tinggal ditempat mereka selama aku
kuliah. Setelah mendapat ijin orang tuaku, akupun menerima tawaran baik
mereka karena aku memang tidak punya kenalan di Jogja.
Setelah sebulan tinggal bersama aku tahu kalau Pak Jerry yang bekerja
diluar pulau sering sekali berangkat, sementara kedua anaknya lebih
memilih tinggal bersama neneknya dikalimantan untuk mernyelesaikan
pendidikan dasar mereka. Aku sering melihat Bu Denok melamun sepulang
dia dari mengajar disekolah. Bu Denok juga sering cerita panjang lebar
padaku tentang kesepiannya dirumah selama ini. Dan aku selalu menjadi
pendengar yang baik.
Dibalik sikap baik yang kuperlihatkan, terpendam hasrat yang ada sejak
SMP dan tumbuh lagi sejak pertemuan kembali dengan Bu Denok sekarang.
Waktu SMP dulu aku paling bersemangat jika pelajaran Bu Denok, selain
cara mengajarnya yang enak aku bisa mengintip BH yang dia gunakan.
Antara kancing didada dan kerah lehernya terdapat celah yang sering
terbuka, sehingga jika diperhatikan secara teliti, orang pasti bisa
melihat pakaian dalam yang ia gunakan. Dan selama penagamatanku Bu Denok
selalu memakai BH warna Hitam.
Itu selalu menjadi santapanku setiap mata pelajarannya. Bahkan aku
selalu memperhatikan gerak-geriknya selama disekolah. Waktu itu usianya
31 tahun, dengan wajahnya yang putih dan bentuk tubuhnya yang menawan
membuatku selalu menjadikannya sebagai objek hayalan jika onani.
Sekarang diusianya yang ke 36 tdak terlihat kalau Bu Denok telah
memiliki 2 orang anak yang sudah SMP. Malah menurutku ia terlihat lebih
menawan, terutama pada bagian pinggul dan dada ukuran 36 B yang
lekukannya semakin terbentuk. Itu semua karena program BL yang
diikutinya tiap senin dan kamis sore.
Awalnya aku cuma mengkhayalkan tubuh Bu Denok jika sedang bermasturbasi.
Kemudian aku melakukannya sambil memegang CD dan BH hitam milik Bu
Denok, sampai akhirnya aku berani menguping jika Pak Jerry yang pulang
dan sedang bercinta denagn Bu Denok. Sambil mendengar desahan dan
erangan erotis dari dalam kamar, tanganku asik mngocok batang kontolku
yang lumayan besar. Dan bila sudah keluar kubersihkan dengan CD atau BH
Bu Denok yang akan dicuci besok.
Akhirnya muncul niatku untuk mencicipi lubang vagina Bu Denok yang pasti
sangat keset dan terawat. Aku melakukannya setelah 4 bulan tinggal
disana, saat itu hari kamis dan suaminya sudah berangkat seminggu. Aku
menunggu didalam kamar sambil membayangkan “malam pertama” yang akan
kulalui bersama Bu Denok. Saat dia pulang dari BL aku membukakan pintu
rumah.
“Sore Ndra.. baru pulang?” Sapanya ramah dan tersenyum padaku.
“Iya Bu.. baru aja” Balasku sambil mengangguk.
Kemudian dia pergi kedapur membuat segelas susu lalu diletakkan datas
meja makan. Kemudian ia masuk kamar untuk mandi. Saat dia mandi,
kumasukkan serbuk tidur yang kubeli di apotik kedalam susu yang akan
diminumnya.
Sekitar 45 menit kemudian Bu Denok keluar dari kamar, ia menggunakan
daster motif bunga warna biru dengan panjang selutut tanpa lengan dengan
belahan dada yang agak rendah, sehingga jika dia agak membungkuk
belahan payudaranya yang indah akan tampak jelas terlihat olehku.
Setelah mengambil susu di atas meja dia duduk menemaniku menonton TV di
ruang tengah.
“Ada berita apa Ndra?” Tanyanya sambil meminum susu.
“Biasa Bu.. politik gak ada habis-habisnya” Sahutku sambil mencuri pandang keketiaknya.
“Bapa ada nelepon gak?”Tanyanya lagi sambil menghabiskan susu di gelas.
“Belum Bu, mungkin masih ngelonin istri baru” Candaku.
“Nakal ya..” Tegurnya sambil mencubit pinggangku.
Aku tidak menghindar karena dengan itu aku bisa melihat belahan dadanya yang seperti ingin melompat dari dalam dasternya.
Sekitar 5 menit kemudian Bu Denok mulai menguap dan kepalanya mulai jatuh karena sangat mengantuk.
“Ndra ibu tidur duluan.. Gak tau kok ngantuk banget hari ini” Pamitnya.
“Mungkin tadi terlalu diforsir tenaganya Bu” Sahutku dengan tersenyum.
Kemudian Bu Denok masuk kamar dan menutupnya. Setelah 10 menit menunggu
aku mulai beraksi, kuketuk pintunya pelan tiga kali lalu kupanggil
namanya, tak ada jawaban. Kuulangi sekali lagi tetap tak ada jawaban,
kuputar pegangan pintu dan kubuka dengan sangat perlahan dan kututup
keras-keras. Bu Denok tidak bereaksi di atas kasurnya.
Kulihat jam dinding, 18:13 masih banyak waktu pikirku. Aku naik keatas
kasur lalu ku perhatikan wajahnya, cantik sekali. Kucium bibirnya dengan
lembut, lalu kujilati wajahnya sampai basah kemudian ciumanku turun
kelehernya. Kusapu sekeliling lehernya dengan jilatan dan sedotan hingga
memerah. Setelah puas kuturunkan kepalaku kedadanya, walau masih
berpakaian lengkap tapi bisa kurasakan kekenyalan sepasang payudara yang
indah itu. Kedua tanganku secara perlahan tapi pasti meraih kedua bukit
kembar itu lalu mengusapnya dengan lembut sementara kepalaku turun
keselangkangnnya. Dibalik kain daster itu tercium aroma kewanitaan yang
sangat merangsang.
Kuhirup puas-puas wangi yang memabukkan itu, sehingga mengakibatkan
remasan-remasan yang kulakukan kepayudara Bu Denok menjadi kasar dan tak
terkendali. Tarikan napasku semakin berat seiring dengan hasrat yang
semakin menggebu. Kemudian aku membuka semua pakaian yang mnelekat
ditubuhku, dan menutup mataku dengan kain. Setelah itu kubuka daster
yang dikenakan oleh Bu Denok kemudian kuatur posisi tubuhnya, Kedua
tangan di atas kepala dan kaki yang membuka lebar. Lalu kubvka kain
penutup mataku, pemandangan yang erotis dan menantang langsung terlihat
dihadapanku. Tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan tak berdaya kini
hanya ditutupi oleh BH hitam pada payudaranya yang montok dan CD pink
yang menggembung pada selangkangannya. Batang penisku semakin tegak
mengacung siap perang.
Kudekati tindih tubuh Bu Denok yang tergolek lemah dan pasrah itu.
Kucium bagian payudaranya yang tak tertutup BH, lalu tanganku menelusup
kedalam BHnya dan meraih salah satu puting susunya kemudian
memilin-milinnya. Dengan napas yang makin memburu kusingkap BHnya keatas
sehingga kedua payudaranya langsung membusung kedepan seakan
mengundangku untuk menikmatinya. Kuciumi kedua payudaranya lalu
kukulum,kusedot dan kugigit-gigit putingnya sampai memerah. Setelah itu
kulirik selangkangannya, CD pink Bu Denok tak mampu menutupi beberapa
helai rambut hitam yang menjulur keluar dari balik CD itu. Kutahan
hasrat itu karena aku ingin menikmatinya saat Bu Denok mulai sadar
nanti.
Kuraih kedua payudaranya kuremas-remas dengan kasar lalu kuletakkan
batang penisku diantara sepasang susu yang indah itu. Kemudian aku mulai
menggerakkan pinggulku maju mundur, rasanya nikmat sekali walau pasti
tak senikmat jika masuk kelubang vaginanya batinku. Pelan tapi pasti
rasa nikmat mulai merasukiku, napasku mulai tersengal dan desahan mulai
keluar dari mulutku tanpa diminta. Butir-butir keringat makin mengalir
deras, kukulum bibir Bu Denok sejenak lalu kulanjutkan kembali
genjotanku tanpa kenal lelah. Kulihat tubuh Bu Denok mulai berguncang
karena gerakanku yang makin hebat.
Sekitar 10 menit berlalu dan aku sudah lelah menahan, kuputuskan untuk
segera mengeluarkannya. Gerakan pinggulku makin kupercepat dan kedua
payudaranya makin kurapatkan. Rasa nikmat tak terlukiskan mulai
menjalari batang penis dan menyebar keseluruh tubuhku. Cairan putih
kental dari kepala penisku dan membanjiri permukaan tubuh indah Bu Denok
yang tergolek diam. Kukocok batang penisku sambil memuntahkan cairan
spermaku kewajahnya, desahan-desahan nikmat keluar dari mulutku.
Setelah selesai aku beristirahat sejenak sambil menatap tubuh Bu Denok
yang hanya tertutup oleh CD saja. Kemudian kuambil lap dan air hangat
yang memang sudah kupersiapkan, kubersihkan setiap bagian tubuhnya yang
terkena siraman spermaku. Setelah itu kucium-cium sebentar lalu
kupasangkan lagi BHnya, kemudian kubongkar lemarinya kucari baju yang
biasa digunakan Bu Denok kesekolah. Setelah dapat kupakaikan ketubuhnya.
Samar-samar terlihat sekali kalau baju itu membentuk lekukan yang
sangat indah aku berdecak kagum. Kemudian aku menunggu dia bagun sambil
memainkan payudaranya yang indah.
Aku duduk disampingnya saat Bu Denok mulai membuka matanya. Cahaya lampu
tampak menyilaukan matanya, kuperhatikan bagian dadanya yang terbuka.
Batang penisku perlahan tapi pasti kembali mengeras melihat pemandangan
yang erotis itu.
“Jam berapa ini Ndra?” Tanyanya sambil mengucek mata.
“10 lewat 5 jawabku” Sementara mataku terus menatap kebelahan dadanya.
“Huuaah.. masih malam toh.. lagi ngapain kamu” Tegurnya sambil
merentangkan tangan, otomatis belahan payudaranya terlihat sampai BHnya.
Dan itu membuatku menjadi lupa diri.
“Lagi liat ini Bu..” Tanganku langsung meremas salah satu payudaranya yang montok.
“Jangan kurang ajar kamu ya” Bentaknya sambil menepis tanganku dan menutupi bagian dadanya yang terbuka.
Sambil mendekatinya kuceritakan semua yang baru saja kulakukan tadi.
Wajahnya tampak memerah karena kaget dan tak percaya. Tiba-tiba aku
langsung memeluknya, dan mencium bibirnya. Tak sampai disitu, kurebahkan
tubuhnya keatas ranjang dan kuhimpit dengan tubuhku. Kulanjutkan
aktifitasku, mencium dan melumat bibirnya.
“Jangan Ndra.. Ini dosa” Pinta Bu Denok lirih.
Tapi aku terus menciuminya, tanganku mulai menyusup kebalik baju Bu
Denok. Bu Denok menangkisnya, dengan sedikit gerakan aku berhasil
menepisnya dan terus menyusup masuk sampai menyentuh payudara Bu Denok
yang masih terbunkus BH. Aku meremas lembut payudaranya yang montok itu.
Bu Denok mendesah, aku terus meremas tidak lupa ciumanku terus melumat
bibirnya. Aku mengalihkan ciumanku ke lehernya. Bu Denok kembali
mnedesah, jemari tanganku mulai nerayap kepunggungnya, dan terus melepas
tali BHnya.
“Berhasil” Batinku. Bu Denok tersentak.
“Kita tidak boleh melakukan ini Ndra” sambil mendorongku kesamping.
“Memang tidak boleh sih.. tapi..”
Aku kembali merangkul Bu Denok, kali ini ciumanku lebih ganas dari pada
yang pertama. Mulai dari bibir ke telinga terus menjalar ke lehernya.
Jemari tanganku melanjutkan aksi lagi menarik keatas BH terus
meremasnya, memuntir-muntir putingnya. Bu Denok pasrah dan kelihatan
mulai panas dengan permainan yang kuterapkan. Aku mengangkat tubuh Bu
Denok dan membuka baju serta BHnya, akupun demikian. Bu Denok tampak
takjub melihat batang penisku. Aku memulai kembali aksiku, kali ini
ciumanku kuarahkan ke payudaranya. Bu Denok menggeliat, apalagi tanganku
menyentuh payudaranya yang satu lagi. Kami berdua telah bermandikan
keringat, tangan Bu Denok menjambak rambutku.
Permainanku jemariku mulai merangkak ke bawah dan berusaha menyelusup
kebalik rok dan CDnya. Bu Denok tidak lagi menangkisnya. Jemari tanganku
menyentuh rambut kelaminnya, lalu jemariku menggesek-gesek sekitar
liang vagina Bu Denok. Bu Denok mendesah panjang dan membenamkan
kepalaku kepayudaranya, untuk mendapatkan kenikmatan lebih. Setelah
beberapa lama, ciumanku mulai merangkak kebawah sampai kebatas rambut
vaginanya yang sedikit terbuka. Aku kemudian memeloroti rok dan CDnya,
akupun demikian. Aku kembali terkagum melihat tubuh telanjang Bu Denok.
Payudaranya putih padat berisi dihiasi puting susu yang berwarna coklat
kemerah-merahan. Sementara Vaginanya dikelilingi rambut kelamin yang
lebat.
Aku kembali beraksi, kali ini daerah sasaranku liang vaginanya. Aku
menciumi dan menjilati yang agak menonjol disekitar liang vaginanya
mungkin itu yang dinamakan kloritas. Setelah beberapa lama ciumanku
kembali keatas, merentangkan tangannya yang menutupi payudaranya. Terus
menjilati tubuhnya dan akhirnya mnedarat lagi di bibirnya. Batang
penisku dengan mulut vagina Bu Denok saling beradu. Ini menyebabkan
batang penisku ingin dimasukkan ketempatnya. Aku mengatur posisi dan
melebarkan kaki bo Denok.
Bu Denok tersadar dan berkata, “Kita sudah terlalu jauh.. jangan teruskan”
Aku tidak lagi memperdulikan kata-kata Bu Denok karena hawa nafsuku
sudah menuju puncak. Aku kembalimeraih Bu Denok dan menciumi bibirnya,
kali ini lebih dahsyat lidahku bergoyang-goyang di mulutnya.
Bu Denok tak bisa berbuat apa-apa dan kembali larut dalam kenikmatan.
Batang penisku yang sudah gatal ingin memasuki liang vagina Bu Denok.
Aku mengambil posisi yang pas, batang penisku mulai memasuki pintu
kewanitaannya. Seperti masih perawan, batang penisku sering melenceng
memasuki liang vagina Bu Denok, aku terus berusaha dan akhirnya masuk
juga batang vaginaku keliang vagina Bu Denok. Bu Denok mendesah panjang
dan badannya berguncang.
“Gila keset amat.. kaya belum punya anak aja” batinku.
Bu Denok telah sedikit tenang dan batang penisku telah masuk sedikit
demi sedikit. Akhirnya semua batang kejantananku tenggelam di liang
senggama Bu Denok. Aku menggoyangkan pinggulku sehingga batang
kejantananku keluar masuk di liang senggama Bu Denok. Makin lama makin
cepat, Bu Denok mendesah sambil menyebut namaku. Kami berdua bermandikan
keringat walaupun cuaca pada saat itu lumayan dingin.
Erangan yang panjang disertai cairan hangat menerpa batang kejantananku
yang masih berada didalamliang senggama Bu Denok. Rupanya Bu Denok telah
mencapai orgasme, aku pun tidak tinggal diam dengan mempercepat gerakan
batang kejantananku keluar masuk diliang senggama Bu Denok.
“Inilah saatnya” Batinku.
Akhirnya puncak kenikmatanku datang, spermaku muncrat didalam liang
senggama Bu Denok bersamaan dengan cairan hangat yang kembali menyirami
batang penisku, ternyata Bu Denok kembali orgasme. Malam itu berlanjut
dengan beberapa kali orgasme Bu Denok, sampai akhirnya kami kelelahan
dan tertidur.
Pagi harinya, Bu Denok bangun lebih dulu dan langsung kekamar mandi.
Sesaat kemudian aku terbangun dan mendengar guyuran air dikamar dan
mengetoknya, Bu Denok pun membuka pintu kamar mandi. Kembali aku
terkesima melihat Bu Denok yang telanjang bulat dengan rambut yang
basah. Gairahku kembali memuncak, aku masuk dan langsung merangkul tubuh
Bu Denok.
“Mandi dulu dong” Pinta Bu Denok manja.
Akupun menuruti ajakannya kemudian mengguyuri tubuhku dengan air.
Beberapa saat setelah itu aku menyabuni tubuhku dengan sabun cair. Bu
Denok turut membantu, malah dia menyabuni batang kejantananku yang
kembali tegak.
Rasa malu Bu Denok telah hilang, dia mengocok-ngocok batang kejantananku
dengan lembut. Nikmat rasanya, dan pada saat hampir mencapai klimaksnya
aku melepaskan tangan Bu Denok karena belum saatnya. Gantian aku yang
menyabuni Bu Denok, mula-mula kedua tangannya lalu kedua kakinya.
Sampailah kedaerah yang vital, aku berdiri dibelakang Bu Denok terus
merangkulnya dan menyabuni payudaranya dengan kedua telapak tanganku.
Terdengar Bu Denok mendesah panjang. Usapanku kebawah melewati perutnya
hingga sampai keliang senggamanya. Kembali aku mengusapnya dengan
lembut. Busa sabun hampir menutupi liang senggama Bu Denok, kali ini Bu
Denok merintih nikmat. Setelah puas aku mengguyur kedua tubuh kami yang
masih berangkulan.
Aku membalikkan tubuhnya dan kami pun saling berhadapan. Bu Denok
kemudian mencium bibirku, aku membalasnya dan kemudian terjadi french
kiss yang dahsyat. Tangan kami pun tidak tinggal diam, aku menyentuh
payudara Bu Denok dan ia menyentuh batang kejantananku yang masih
perkasa berdiri. Setelah beberapa lama, Bu Denok membimbing batang
kejantananku memasuki liang senggamanya. Dengan melebarkan kakinya
batang kejantananku kembali memasuki liang senggama Bu Denok. Bu Denok
melilitkan tangannya ke leherku kemudian aku menggendong Bu Denok dan
menyandarkan ke dinding kamar mandi.
Setelah itu aku kembali menggoyangkan pinggulku yang membuat
kejantananku keluar masuk liang senggama Bu Denok. Akhirnya spermaku
keluar dan membasahi seluruh dinding liang senggama Bu Denok. Ternayata
ia belum mencapai klimaks, untuk membantunya aku menjilati liang
senggama Bu Denok. Bu Denok sedikit menjerit dengan apa yang kulakukan,
Akhirnya Bu Denok mengeluarkan juga cairan dari liang senggamanya dan
pas mengenai wajahku. Bu Denok terkulai nikmat, aku mengguyuri kembali
tubuh kami berdua.
Aku dan Bu Denok telah selesai mandi, dan telah memakai pakaian masing-masing.
“Lain kali.. aku minta lagi ya sayang” Bisikku sambil menelusupkan tangan ke balik baju kerjanya.
“Atur aja” Desahnya manja.
Kemudian Bu Denok berangkat kerja dan aku pergi kuliah. Pokoknya selama
bertugas Pak Jerry keluar pulau, aku menggantikan tugasnya memenuhi
hasrat biologis Bu Denok di tempat tidur.
Itulah cerita seks dewasa yang terjadi karena terinspirasi oleh bh hitamnya bu denok.
ARTIKEL TERBARU: