Atas bantuan beberapa relawan yang diturunkan ke posko pengungsian, para pengungsi di posko Paroki berlatih membuat produk makanan berupa kue nastar. Kue nastar yang mereka hasilkan ini dinamai dengan sebutan Nastar Gunung Sinabung.
dalam sehari, mereka mampu menghasilkan puluhan kilo kue Nastar Gunung Sinabung. Kue ini dijual bagi para donatur yang berkunjung ke posko pengungsian.
"Jadi kue ini memang belum kita pasarkan ke masyarakat luas. Kue ini hanya bisa didapatkan di posko pengungsian ini," ujar Amelia, relawan yang mengajari kerajinan membuat kue ini kepada para pengungsi.
Mayoritas pembuat kue ini adalah ibu-ibu pengungsi. Relawan hanya menyediakan bahan baku serta peralatannya. Sedangkan untuk proses adonan, mencetak, hingga pada memasaknya di dalam oven semuanya dikerjakan para pengungsi.
Murni mereka semua yang mengerjakan. Ini untuk melatih mereka agar bisa tekun di bidang lain. Dan kegiatan ini juga mengisi waktu mereka selama di pengungsian agar tidak bosan, ucap Amelia.
Satu toples kue Nastar Gunung Sinabung yang berukuran kecil dihargai Rp50.000. Sementara yang berukuran sedang dihargai Rp100.000.
"Untungnya lumayanlah bisa bantu-bantu mereka beli pulsa, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang tidak disediakan di posko pengungsian," ucapnya.
Beberapa waktu lalu, kue-kue mereka juga sempat diborong oleh Menteri BUMN RI, Dahlan Iskan. Dahlan memborong hingga Rp 6 juta.
Selain membuat kue Nastar Gunung Sinabung, para pengungsi yang laki-laki juga dilatih membuat kopi Gunung Sinabung. Kopi yang mereka hasilkan dibungkus dalam plastik kemudian juga dijual kepada para donatur.
"Lumayanlah bisa beli pulsa handphone," kata Marga Surbakti, salah seorang pengungsi. Ia berharap banyak para donatur yang membeli hasil kerajinan mereka tersebut.
ARTIKEL TERBARU: